Ilmu nujum termasuk sesuatu yang dapat menafikan tauhid dan menjerumuskan pelakunya kepada kemusyrikan, karena menyandarkan suatu kejadian kepada selain Allah Ta'ala.
Pelaku ilmu nujum disebut munajjim yang oleh sebagian ulama ahlus sunnah dikategorikan sebagai peramal. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Tanjim adalah meramal kejadian-kejadian di bumi berdasarkan petunjuk keadaan bintang" (Kitab Majmu' Fataawaa XXXV/192)
Dari Zaid bin Khalid al Juhani ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,
"Allah Ta'ala berfirman, 'Dikala pagi ini, diantara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, 'Telah turun hujan kepada kita berkat karunia dan rahmat Allah', (maka) ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Sedangkan orang-orang yang berkata, 'Telah turun hujan kepada kita karena bintang ini atau bintang itu', maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'" (HR. Al Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71)
Seorang tabi'in, Imam Qatadah berkata, "Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hal, sebagai penghias langit, sebagai pelempar syaithan dan sebagai tanda bagi orang untuk mengenal arah. Maka barangsiapa menafsirkan selain dari itu, ia telah salah dan menyia-nyiakan bagiannya dan memaksakan diri dalam sesuatu yang ia tidak mengetahuinya" (HR. Al Bukhari dalam Kitab Fathul Bary VI/295)
Para ahli ilmu nujum menyakini bahwa bintang-bintang mempunyai pengaruh terhadap alam semesta (misalnya turunnya hujan, bahagia atau celakanya seseorang dan lain sebagainya). Ilmu ini termasuk syirik dan bukan ilmu yang bermanfaat.
Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,
"Maniq tabasa 'ilman minan nujuumiq tabasa syu'batan minas sihri zaada maa zaada" yang artinya "Barangsiapa mempelajari salah satu cabang dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia telah mengambil satu bagian dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari), semakin bertambah pula dosanya" (HR. Abu Dawud no. 3905, Ibnu Majah no. 3726, Ahmad I/227 dan Al Baihaqi VIII/138, hadits ini dishahihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmuu' Fataawaa XXXV/193)
Maraji' :
Diringkas dari Buku Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At Taqwa, Bogor, Cetakan Kedua, Jumadil Akhir 1425 H/Agustus 2004 M.
Setelah mengetahui dalil - dalil diatas hendaklah kiranya kaum muslimin menjauhi astrologi, shio, feng sui dan hal-hal yang semacam dengan itu. Karena hal-hal tersebut tidak akan mempengaruhi bahagia atau celakanya seseorang dan yang paling penting hal yang demikian itu dapat menghilangkan keimanan dan ketauhidan terhadap Allah Ta'ala Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" (QS. An Nisaa' : 48)
Dari Abu Dzar ra., Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR. Bukhari) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari]
Milis Tauziyah
Dikirim oleh: BAZ
Rabu, 18 Februari 2009
Cetak Artikel
|