Kaligrafi Nama AllahLogo Situs Keluarga ilma95
Home
 ~  Home
 | 
Pedoman Shalat
Pedoman Shalat
 | 
Ilmu Tajwid
Ilmu Tajwid
 | 
Pojok Anak
Pojok Anak
 | 
Kumpulan Artikel
Artikel
 | 
Lagu Rancak Ranah Minang
Lagu Rancak
Ranah Minang
 | 
Cerdas Cermat Islami
Cerdas Cermat Islami
 | 
e-dukasi.net
Edukasi
 ~ 


 
 

Sarana Pendukung

Pesawat Terbang

Pesawat terbang merupakan alat pendukung utama dalam kegiatan penyemaian awan. Pesawat terbang yang biasa digunakan untuk operasi hujan buatan di Indonesia adalah jenis pesawat Cassa
NC 212-200 milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pesawat yang digunakan telah dimodifikasi dari versi pesawat penumpang menjadi versi pesawat penyemai awan. Kedua versi ini telah mendapatkan sertifikat, sehingga tiap pesawat Cassa NC 212-200 BPPT telah memiliki 2 (dua) buah Certified of Airworthiness (C of A), yaitu C of A untuk pesawat penumpang (Passenger Version) dan C of A untuk pesawat penyemai awan (Rain Maker Version).


Gambar 1. Pesawat Cassa NC 212-200 milik BPPT
yang biasa digunakan untuk operasi hujan buatan di Indonesia


Saat berfungsi sebagai Rain Maker Version, pada beberapa bagian dalam pesawat Cassa NC 212-200 dimodifikasi yang meliputi :

  1. Pembuatan lubang dengan diameter 30 cm pada bagian lantai.
  2. Pemasangan airscooper yaitu outlet bercabang dua untuk saluran pengeluaran bahan semai, pada bagian bawah perut pesawat.
  3. Pemasangan chimney, yaitu dudukan airscooper, di bagian dalam pesawat tepat pada lantai yang telah dilubangi.
  4. Pembalutan bagian dalam pesawat dengan inner cover untuk menghindarkan agar bubuk bahan semai yang digunakan tidak mengenai body pesawat (mencegah korosi).



Gambar 2.
Airscooper pada bagian bawah perut pesawat yang berfungsi sebagai saluran pelepasan bahan semai dari dalam pesawat


Gambar 3.
Bahan semai di dalam pesawat ditempatkan dalam ruangan yang dilapisi oleh inner cover
untuk mencegah korosi
di dalam pesawat


Pesawat Casa NC 212-200 yang digunakan dalam operasional hujan buatan dilengkapi dengan Weather Radar (Radar Cuaca) dan Global Positioning System (GPS). Radar Cuaca diperlukan untuk mengidentifikasi sifat internal dan dinamika awan yang akan disemai, sehingga sangat membantu untuk menentukan awan mana yang akan dijadikan sebagai sasaran penyemaian sekaligus sebagai panduan safety penerbangan untuk pesawat menghindari zona berbahaya di sekitar awan. GPS diperlukan untuk merekam dan mencatat posisi dan track pesawat, sehingga memberi penjelasan tempat dilakukannya eksekusi penyemaian awan.


Gambar 4. Instrumen Weather Radar (tanda panah) pada cockpit pesawat


Bahan Semai

Bahan semai (seeding agent) yang digunakan adalah bahan yang memiliki sifat higroskopik dalam bentuk “super fine powder” (bubuk yang berukuran sangat halus) dalam orde mikron dan dapat larut dalam air. Persyaratan teknis bahan semai yang digunakan antara lain bersifat dapat melembabkan lingkungan pertumbuhan awan, berfungsi sebagai inti kondensasi (Cloud Condensation Nucleus : CCN) dan inti es (Ice Nucleus : IN).

Bahan semai yang paling sering digunakan adalah NaCl (garam), atau bisa juga berupa CaCl2, dan Urea. Bahan semai yang digunakan telah dikaji dan diuji aman terhadap lingkungan dan makhluk hidup serta tidak menurunkan kualitas air hujan yang dihasilkan sesuai dengan standar baku mutu air kelas I sesuai dengan PP. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Bahan semai yang digunakan diperoleh melalui proses yang cukup panjang, dari mulai tahap pengolahan di pabrik (pengeringan pada suhu tinggi, penghalusan serta pencampuran dengan anti-gumpal dan pengemasan), hingga tahap pengiriman dari pabrik ke lokasi. Oleh karena itu persiapan bahan semai membutuhkan waktu minimal
5 -7 hari sebelum operasi dimulai. Stok bahan semai di lapangan ditempatkan dalam gudang yang berada di dekat Posko.


Gambar 5.
Bahan semai yang baru tiba dari lokasi pengiriman dibongkar
dan ditempatkan dalam gudang yang berada di dekat Posko


Posko

Pusat Kendali Operasi (Posko) merupakan pusat kendali segala aktivitas di lapangan selama periode pelaksanaan operasi hujan buatan berlangsung. Posko hujan buatan biasanya mengambil tempat di pangkalan udara yang lokasinya terdekat dengan daerah target dan memiliki fasilitas pendukung pangkalan yang relatif lengkap.

Fungsi Posko antara lain :

  1. Sebagai pusat pengolahan data parameter cuaca yang masuk dari berbagai sumber dan untuk penempatan visualisasi progress hasil kegiatan
  2. Sebagai tempat briefing sebelum pelaksanaan penerbangan harian
  3. Sebagai tempat diskusi antar Flight Scientist dalam membuat jadwal kegiatan penerbangan sekaligus menyusun strategi penerbangan dan taktik eksekusi penyemaian awan yang akan dilakukan


Untuk menunjang seluruh kegiatan, di Posko diinstal beberapa unit komputer dan printer, sambungan telpon untuk kebutuhan komunikasi, akses internet, mesin faximile, Radio Komunikasi Ground To Air (GTA), dan radio Single Side Band (SSB).

Gambar 6.
Berbagai fungsi Posko, antara lain :
sebagai pusat pengolahan data (gambar kiri)
dan visualisasinya (gambar tengah),
serta sebagai tempat briefing (gambar kanan)


Posmet

Posmet (Pos Meteorologi) merupakan pos pengamatan cuaca yang tersebar di sekitar daerah target. Fungsinya adalah sebagai “kepanjangan mata” dari Posko untuk memberikan informasi mengenai keberadaan awan-awan potensial di sekitar daerah target dan kondisi pertumbuhannya dari waktu ke waktu.

Untuk dapat menjalankan fungsinya, di Posmet ditempatkan personil pengamat (Observer Meteorologi). Penentuan lokasi Posmet memerlukan perhatian yang cermat dan mendalam, karena Posmet sangat bernilai strategis dalam operasi hujan buatan. Informasi dari Posmet menjadi masukan utama bagi Posko untuk menentukan strategi dan taktik penerbangan eksekusi penyemaian awan.

Beberapa alat ukur parameter cuaca ditempatkan di Posmet antara lain Theodolit-baloon (untuk mengukur arah dan kecepatan angin di berbagai ketinggian), Termometer (untuk mengukur temperatur), Barometer (untuk mengukur tekanan), Penakar Hujan (untuk mengukur curah hujan), dan Anemometer (untuk mengukur arah dan kecepatan angin di permukaan).


Gambar 7.
Salah seorang Observer di Posmet sedang melakukan pengukuran arah
dan kecepatan angin menggunakan Theodolit-Baloon (gambar kiri) ;
Semua informasi hasil pengamatan Observer setiap saat selalu disampaikan
ke Posko melalui radio SSB (gambar kanan)



Pustekkom Depdiknas 2007





 
 

  [ SD |  SMP |  SMA |  SMK ]


UMUM |  LAIN-LAIN ]