Kaligrafi Nama AllahLogo Situs Keluarga ilma95
Home
 ~  Home
 | 
Pedoman Shalat
Pedoman Shalat
 | 
Ilmu Tajwid
Ilmu Tajwid
 | 
Pojok Anak
Pojok Anak
 | 
Kumpulan Artikel
Artikel
 | 
Lagu Rancak Ranah Minang
Lagu Rancak
Ranah Minang
 | 
Cerdas Cermat Islami
Cerdas Cermat Islami
 | 
Edukasi
Edukasi
 ~ 
 




Dalam ilmu periklanan, untaian kata-kata indah disusun dan dikomunikasikan kepada masyarakat dengan harapan dapat membujuk masyarakat agar tergerak untuk membeli suatu produk yang dihasilkan oleh si-pemasang iklan.

Ternyata dalam sejarah perjalanan umat manusia, untaian kata-kata indah itu juga berguna dan bermanfaat untuk untuk memperjuangkan suatu cita-cita atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang lebih bermaslahat daripada sekedar iklan.

Digubahnya suatu syair perang atau sastra perang misalnya, yaitu suatu bentuk gubahan untaian kata-kata yang menawan dan sesuai dengan norma estetika yang berlaku pada suatu zaman, digubah dan dirangkaikan untuk memberikan ilham untuk memperjuangkan sesuatu lewat perang atau untuk mengilhami suatu perlawanan rakyat guna tujuan memenangkan peperangan yang sedang dihadapi.

Disepanjang sejarah sastra perang dalam perjalanan bangsa Indonesia, salah satu sastra perang yang melegenda yaitu Hikayat Perang Sabil. Hikayat ini yang telah mengilhami bangkitnya perlawanan rakyat Aceh untuk memberikan perlawanan selama 40 tahun berperang melawan usaha penjajahan yang dilakukan oleh bala tentara kolonial Belanda.

Berbeda dengan sastra Melayu pada umumnya yang mengenal hikayat sebagai suatu bentuk prosa, bagi orang Aceh arti Hikayat Perang Sabil tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, namun berisi pula suatu pengajaran moral yang mulia dan luhur, dan mengajarkan hikayat ini hukumnya bersifat fardhu 'ain bagi semua muslimin, baik lelaki maupun perempuan, baik yang tua maupun yang muda, termasuk juga bagi anak-anak.

Begitu dahsyat pengaruh Hikayat Perang Sabil ini bagi rakyat Aceh, sehingga pihak Belanda -Gubernur Aceh A.H. Philips- menyatakan melarang dilakukannya pembacaan atau pengajaran Hikayat Perang Sabil kepada khalayak umum. Hikayat-hikayat ini disita dan dimusnahkan serta dijadikan makanan api, karena pihak Belanda sangat mengkhawatirkan hikayat ini akan memberikan rangsangan sedemikan rupa bagi pembaca dan pendengarnya yang kemudian akan disalurkan dalam tindakan membunuh kaphe Belanda.

Sebelum membahas lebih jauh perihal Hikayat Perang Sabil ini, ada baiknya kita mengenal serba sekilas tentang beberapa sastra perang lainnya yang juga pernah dikenal dalam sejarah bangsa Indonesia ini.

1. SYAIR 'POTOMAC'.
Sastra perang ini -lebih tepat disebut sebagai puisi- dikarang oleh pihak Amerika Serikat untuk merayakan kemenangan dan kesuksesan kapal perang 'Potomac' dalam menjalankan perintah Presiden Andrew Jackson dalam misi menghukum rakyat Kuala Batu di Aceh Barat pada tanggal 17 Februari 1832.

Puisi ini sampai dengan saat ini masih terarsipkan dengan rapi di Essex Institute Salem Massachusetts. Cuplikan dari enam bait pertama dari delapan belas bait puisi ini adalah :

The sun was retiring behind the high mountain,
The forts of our enemy full in our view,
The frigate Potomac -John Downes our commander-
Rode proudly at anchor off Qualah Battoo.

The land breeze blew mild, the night was serene,
Out boats -was the word, and our tackles were manned,
Six miles was the distance that now lay between
Our fine lofty ship and the enemy's land.

Our boat were launched on the breast of the billows,
And moored until the word of command should be given,
On deck we reposed with our swords for our pillows,
And committed our cause with its justice to heaven.

At the dead hour of night, when all nature was silent,
The boatswain's shriil pipe called each man to his post;
Our hearts armed with justice and mind fully bent,
To attack and destroy that piratical host.

Who boarded the Friendship and murdered her crew.
Just twelve months before the memorable day
When Shubrick led forth the Potomac so true,
To fight and to vanquish the hostile Malay.

Our boats were all ready and we were prepared
To fight ortodie; for our cause it was just;
Our muskets were loaded, our bosoms were bared,
To the strife or the stroms, for in God was our trust.

2. SYAIR LAGU 'AIKOKU KOSINKYOKU'.
Bala tentara Dai Nippon juga mengajarkan lagu-lagu perjuangan kepada barisan pasukan Bumiputera yang terdiri dari Giyugun, Peta, Heiho, Gijitsu-Heiho. Lagu yang cukup terkenal salah satunya adalah Aikoku Kosinkyoku atau terkenal dengan sebutan Mars Cinta Tanah Air. Lirik syair lagu tersebut adalah sebagai berikut :

Miyo tokai no sora akete
Kyoku jitsu takaku kagayakeba
Tenci no seiki hatsuratsuto
Kiboo wa oduru oyashima
Oo seiro no asa gumoni
Sobuyuru fuji no sogata koso
Kin no muketsu yurugi naki
Wa ga Nippon no hokori nare

Selain daripada itu ada pula lagu populer untuk mempertebal semangat menghadapi musuh-musuh bangsa Asia. Beberapa baris diantaranya adalah sebagai berikut :

Awaslah Inggris dan Amerika
Musuh seluruh Asia
Hendak memperbudakkan kita
Untuk selama-lamanya

Hancurkanlah musuh kita
Itulah Inggris Amerika
Hancurkanlah musuh kita
Itulah Inggris Amerika

3. SYAIR PERANG 'MENTENG'.
Pada tahun 1819 tentara kolonial belanda dibawah komando Muntinghe menyerang Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin memimpin perlawanan terhadap agresi ini, yang kisah perlawanannya termuat dalam gubahan Syair Perang Menteng. Kutipan sebagian kecil dari syair itu adalah sebagai berikut :

Haji berteriak Allahu Akbar
Datang mengamuk tak lagi sabar
Dengan tolong Tuhan Malik Al-Jabbar
Serdadu Menteng habislah bubar

Keluar sekalian hulubalang panglima
Menolong haji bersama-sama
Opsirnya mati empat dan lima
Haji pun sampai di kota lama

Haji mengusir kanan dan kiri
Memarangkan pedang ke sana ke mari
Serdadu Holanda habislah lari
Hanya komandan juga terdiri

Haji berteriak sambil memandang
Hai kafir marilah tandang
Syurga bernaung di mata pedang
Bidadari hadir dengan selendang

Di situlah haji lama terdiri
Dikerubungi serdadu Holanda pencuri
Lukanya tidak lagi terperi
Fanalah haji lupakan diri

Datanglah komandan bersungguh hati
Membedil haji tiada henti
Pelurunya datang menuju pasti
Di sanalah tempat haji nan mati

Syahidlah haji dua dan tiga
Akan mengisi di dalam syurga
Bidadari pun banyak tiada berhingga
Datang menyambut haji berida

Darahnya mengalir bagai kesturi
Biadadari pun banyak datang mengampiri
Suka dan ramai tepuk dan tari
Merebut mayat haji jauhari

4. SYAIR 'SAMALANGA'.
Domine Iz Thenu mengarang lirik syair ini, ketika para serdadu-serdadu Bumiputera yang tergabung dalam barisan bala tentara kolonial Belanda mengadakan serangan ke Samalanga Aceh Utara pada tahun 1901. Lirik syair ini bersama salinan lirik Lagu Korps Marechaussee (Marsose) sampai dengan saat ini masih terarsipkan dengan rapi di museum Angkatan Darat Kerajaan Belanda di Bronbeek Arnhem. Cuplikan dari sepuluh bait pertama dari delapan belas bait lirik syair ini adalah sebagai berikut :

Mari sobat, mari soedara !
Pergi prang di Samalanga ;
Mari koempoel dan bersoeara ,
Laloe bernjanji bersama-sama .

Satoe njanjian jang amat merdoe
Menghiboer hati jang amat doeka ,
Hari ini kita di Merdoe ,
Esok loesa djalan kamoeka .

Dari Merdoe djalan disawa
Itoe djalan jang amat soesah ,
Tempo-tempolah liwat rawa ,
Asal bisa dapat kemoeka .

Kaloe djalan haroes berdiam
Karna moesoeh berdjaga-djaga ,
Kaloe dengar boenji meriam
Itoe tandalah moesoeh ada .

Soenggoeh moesoeh banjak sekali ,
Ada berdiri di dalam benteng
Haroes kami berlari-lari
Waktoe komandolah : ' Attaqueeren ' .

Djangan tinggal berdiri lama ,
Kaloe komandolah : ' Attaqueeren ' .
Lari lekas datang kesana ,
Masoek pertama dalam benteng .

Siapa Masoek nommer satoe
Itoelah tanda amat berani ,
Nanti dapatlah bintang satoe
Tanda setia lagi berani .

Maski dengarlah hoedjan pelor
Dari moesoehmoe orang Atjeh ,
Djangan sekali bersoesah keloeh ,
Tapi peranglah hidoep mati .

Mari kamoe he orang Ambon !
Lagi Menado lagi Ternate !
Lawan moesoeh bertamboen-tamboen ,
Sampe gagahnya djadi berhenti .

Anak Ambon gagah berani
Ta takoet mati atau loeka
Toeroet hati orang serani ,
Anak Ambon berani di moeka .

5. 'HIKAYAT PERANG SABIL'.
Bala tentara kolonial Belanda pada tanggal 26 Maret 1873 menyampaikan manifesto perang kepada Kerajaan Aceh, karena ultimatum yang berisi tuntutan agar Aceh mengakui kedaulatan Belanda tidak mendapat jawaban yang memuaskan, maka Belanda pada tanggal 8 April 1873 mulai menyerang.

Armada laut Belanda yang terdiri dari enam buah kapal uap, lima buah kapal layar, lima buah kapal barkhas, delapan buah kapal peronda, enam buah kapal pengangkut, dua buah kapal angkatan laut, satu buah kapal komando, dibawah komando Jenderal J.H.R. Kohler mendaratkan kekuatan angkatan bersenjatanya di pantai Aceh besar.

Seri Paduka Bangta Muda Tuanku Hasyim menyerukan agar 'Tanah Aceh' dipertahankan matia-matian, meskipun tinggal sampai sebesar nyiru sekalipun. Kepada masyarakat Aceh disampaikan melalui pelbagai jalur komunikasi yang ada mengenai sebab-musabab ketegangan yang disebabkan oleh serangan pihak Belanda, serta cara-cara mengatasinya. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi ketegangan ialah dengan bertempur melawan musuh yang dianggap merusak sendi-sendi agama Islam.

Unsur perang sabil yang telah lama berada dalam masyarakat Aceh diangkat sebagai basis ideologi, diaktifkan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam perlawanan terhadap Belanda. Wajarlah jika para pemimpin agama menimba ilmu dari kitab suci Al-Qur'an yang merupakan sumber hukum tertinggi dalam agama Islam, menggubah hikayat dengan maksud agar setiap Muslim merasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban berperang di jalan Allah.

Ketika negeri Aceh dilanda serangan bangsa yang dianggap kafir, para ulama berupaya agar umat dapat dididik dengan berbagai cara hingga mampu memiliki motivasi yang padu dalam mengusir Belanda.

Hal demikian dapat terjadi dalam satu masyarakat, seperti masyarakat Aceh, yang nilai keagamaannya memainkan peranan penting. Sehingga agama dan politik dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang logam yang sama.

Berbeda dengan sastra Melayu yang mengenal hikayat sebagai prosa, dalam sastra Aceh, hikayat adalah puisi diluar jenis pantun, nasib, dan kisah. Hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, tetapi berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat, yang sampai pada awal abad XX merupakan hiburan utama yang bersifat mendidik.

Sesungguhnya, hikayat-hikayat perang sabil ini telah ada semenjak Aceh bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang, yang terus diwariskan turun-temurun kepada generasi-generasi berikutnya. Syaikh Muhammad Ibn Abbas alias Tgk Chik Kutakarang dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin merujuk Hikayat Malem Dagang sebagai peristiwa perang melawan kafir dimasa lalu dan menasihatkan kepada semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti itu.

Selain daripada itu, ada juga naskah hikayat perang sabil yang ditulis pada 5 Oktober 1710 (11 Sya'ban 1122 H) yang mencantumkan sumber gubahannya dari kitab yang bernama Mukhtasar Muthiri'I-gharam yang berasal dari Syaikh Ahmad Ibn Musa. Ada pula naskah lainnya tentang hikayat perang sabil yang ditulis pada tahun 1834. Gubahan tersebut bersumber dari kitabnya Syaikh Abd al-Samad al-Falimbani murid dari Syaikh Abdussamad yang bertempat tinggal di Mekkah.

Dari segi isinya, hikayat-hikayat perang sabil dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu : (1) yang berisi anjuran untuk berperang sabil dengan menunjukkan pahala, keuntungan, dan kebahagiaan yang akan diraih, (2) yang berisi berita mengenai tokoh atau keadaan peperangan di suatu tempat yang patut disampaikan kepada masyarakat untuk mendorong semangat orang-orang Muslimin yang sedang berjihad, (3) yang mencakup kedua-dua kategori yang tersebut terdahulu.

Selain daripada itu, disampaikan pula mengenai faedah yang akan diperoleh bagi mereka yang mengeluarkan dana untuk kepentingan perang sabil. Dimana Allah SWT akan membalasnya dengan imbalan berlipat ganda dan mereka pun akan dimasukkan ke dalam surga.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman : "...orang yang menafkahkan hartanya pada jalan kebajikan (sabilillah) seperti buah biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji, Allah mempunyai karunia luas lagi mengetahui".

Dalam masa perang dengan belanda, orang Aceh membaca hikayat perang sabil di dayah-dayah atau pesantren, di meunasah-meunasah, dan di rumah-rumah, ataupun di tempat lainnya sebelum orang pergi bertempur melawan Belanda. Di daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh Belanda, orang membaca dan mendengarkan hikayat perang sabil secara sembunyi-sembunyi, khawatir ditangkap oleh pihak Belanda.

Belanda menganggap hikayat perang sabil itu sangat berbahaya, sebab dapat membangkitkan semangat melawan Belanda. Begitu besar kekhawatiran Belanda terhadap pengaruh hikayat perang sabil, sehingga Gubernur Aceh -A.H. Philips- dalam memori serah terima jabatannya menyatakan bahwa membaca hikayat perang sabil yang diadakan dihadapan umum dapat merangsang pembaca atau pendengarnya sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan keseimbangan jiwa yang kemudian disalurkan dalam tindakan membunuh Kaphe -Kafir Belanda- , sebab itu adalah penting sekali apabila hikayat-hikayat seperti itu disita dan dimusnahkan menjadi makanan api.

Hikayat-hikayat perang sabil ditulis dalam bahasa Aceh, adapun kutipan yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari sebagian kecil hikayat-hikayat perang sabil tersebut adalah sebagai berikut :

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah khaliqul asyya', segala hal ciptaan Rabbi
Arasy kursi surga neraka, semua langit dunia dan bumi
Kemudian selawat salam hamba, kepada junjungan penghulu Nabi
Kepada waris bersama sahabat, termasuk sekalian Muhajir Anshari

Setelah selesai puji selawat, berilah hidayat hamba yang fakir
Insya Allah dengan tolong Tuhan, hamba berkabar hal perang sabil
Kabar kitab hamba kan karang, biarlah kukarang yang mana jadi
Hamba perbuat atas kebajikan, mudah-mudahan pahala diberi...

...Jikalau kacau serta salah, janganlah marah pada fakir ini
Aku menulis di pihak Allah, semata-mata karena Illahi
Wahai tuan adik dan abang, jangan hindari berperang sabil
Jangan hitung para hulubalang, sudah dirasuki jin dan pari
Wahai tuan dunia akhir, agama tak lagi di segala negeri

Semua ulama berdiam diri, akan perang kafir tiada perduli
Lidah ulama semau lah kelu, tak lagi perduli kerja perang sabil
Melainkan yang ada dengan izin Allah, Tengku di Tiro mewakili Nabi
Ulama lain di setiap negeri, berdiam diri tiada perduli
Mereka sangka dapat lepas, ketika diperiksa di hari nanti

Pada hari menghadap Allah, takkan lepas wahai sayidi
Demikian dikatakan dalam kitab, firman Alllah dengan hadith Nabi
Wahai tuan adinda sahabat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Dari semua ibadat yang ada, yang terlebih mulia berperang sabil
Kutipan hadith tak hamba baca, hanya makna tertulis disini

Untuk peringatan jaga-jaga, barangkali lupa semua akhi
Wahai tuan baik-baik fahami, bukan tak menentu yang kukabari
Sengaja kuambil uraian ini, dari Mathirilgharam kitab perang sabil
Didalam Al-Qur'an diriwayatkan, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Beserta hadith pemimpin umat, sungguh jangan lupa wahai akhi

Hadith Nabi sangat sekali saheh, tak ada jalan lari dari perang sabil
Imbalan diberi tanpa alasan, memang lah tersedia surga nan tinggi
Demikian didapat disetiap kitab, utama ibadat memang perang sabil
Dengarlah tuan kubaca ayat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi

Surga untuk mereka. Meraka berperang pada jalan Allah,
Lantas mereka membunuh atau terbunuh.
Itulah janji Allah yang pasti di dalam Taurat, Injil, dan Quran.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ?.
Sebab itu bergembiralah kamu dengan perjanjian yang telah kamu ikat itu.
Dan itulah kemenangan yang besar.
Agar sangat dimuliakan wahai sayidi, kita dibeli Rabbul Karim,
Sebagai harganya surga nan tinggi.
Siapa menyerahkan nyawa dan harta, dibelanjakan pada perang sabil...

...Kemana pergi wahai sahabat, memanglah kita kan wajib mati
Seperti firman dari Hadarat, dalam ayat terlihat bukti
Dimana juga kamu berada maut itu pasti menghampiri,
walau kamu berada dalam benteng yang tinggi, kuat dan kokoh
Walau sembunyi di peti besi, mati takkan bisa dihindari
Demikianlah kukatakan lelaki pujaan, semua ingat masing-masing diri...

...Jikalau mati di kamar tidur, keadaan terdesak tiada terperi
Sangat sakit nyawa diambil, yang bukan terkena senjata kafir
Biar dalam saf perang waktu dihantam, biar terlentang membunuh kafir
Wahai tuan adinda yang berbahagia duduk termenung janganlah lagi...

...Dipihak kita wahai saudara, melawan kafir bimbang di hati
Demikian Tuhan memberi anda, mengapa tuan syak di hati
Ya Allah Wahidul Qahhar, Rabban Ghafurun Tuhanku Rabbi Berilah hamba ketetapan hati, melawan Belanda kafir harbi
Wahai adinda semua saudara, wahai tuan jangan berdiam lagi...

...Saksi hamba adalah Allah, Rasulullah Penghulu kami
Ketiga dengan tuan guru payung hamba, itulah tiga menjadi saksi
Takkan hamba ubah yang telah terucapkan, takkan hamba inginkan dunia ini
Seusai sang bintang timur, disembahnya tuan guru jari dan kaki
Bangkit ia segera berlalu, heran guru bibir terkunci...

...Yang dahulu wahai buah hati, tak pernah kafir ke pulau Ruja
Saat ini sudahlah kesampaian, telah datang kafir mengantar surga
Begitulah kukatakan istri pujaan, semua kita berbahagia raya
Zaman ketika nenek moyang kita, tiada pernah begini wahai bintara
Setelah zaman dahulu kala, masih ada Nabi Sayidil Anbia

Semenjak itu tak pernah lagi berperang sabil, karunia Rabbi kini baru ada
Tuhan kita Rabbul 'Izzah, amat mengasihi semua hamba
Diberi jalan yang besar sekali, jalan pulang ke dalam surga
Wahai teungku raja bahagia, jangan lagi tergiur berniaga
Jika tidak memerangi seteru Allah, sesal kemudian putus asa

Hai teungku yang bangsawan, firman Tuhan lahir nyata
Patuhlah kepada ayat-ayat Qur'an, firman Tuhan Rabbul A'la
'Jika kamu tiada mau berperang, niscaya Allah menyiksamu dengan azab yang pedih
dan Dia akan menukar kamu dengan kamu yang lain'
Itulah firman wahai buah hati

Dijatuhi siksa bukan kepalang, yang tidak memerangi kafir Belanda
Itulah yang kukatakan wahai abang, hai saudara bukan main-main lagi
Sebelum diberikan pengganti lain, jangan hindari semua perkara
Jika kita tak mau melaksanakan, disuruh yang lain lawan Belanda
Misal kisah Ashabi Fil, ketika Nabi belum lahir di dunia...

...Begitulah Allah membuat kita suka, mengapa tidak juga memerangi Belanda
Hai teungku adik buah hati, tak ada tandingan perang Belanda
Niatkan saja melawan kafir, dosa tidak lagi pada anggota
Turun dari rumah sebuah langkah, niat pergi memerangi Belanda
Segala dosa habislah sudah, ibarat budak baru dilahirkan...

...Diberi pahala oleh Tuhan, sepuluh budak diberi merdeka
Begitulah diberi hai buah hati, sekali membedil atas Belanda
Jika banyak seteru dibedil, coba pikir berapa banyak pahala
Pergi ke tanah Arab hai lelaki pujaan, kita merugi dengan harta
Kita berada disana beribu hari, tidak hai adik sama pahala...

...Satu malam yang ini seribu yang lain, sungguh sangat lebih Tuhan karunia
Ini lain lagi yang sangat terlebih, satu saat tegak dalam perang
Perang lawan kafir satu saat, itulah yang terbaik dari yang pernah ada
Lebih dari Lailatul Qadar, demikian sabda Nabi kita
Satu saat ini semalam yang lain, sungguh sangat lebih hai saudara...

...Jihad itu wajib atas kamu, maknanya demikian hai saudara
Memerangi kafir fardhu 'ain, yakinlah semuanya
Begitu hadith Sayidil Mursalin, Muhammad Amin pelita dunia
Wahai kaum wajib fahami, sendi Islam tiga perkara
Pertama Syahadat, kedua Sembahyang, ketiga Memerangi Kafir

Jika tidak demikian kurang imbang, percaya abang hadith Mustafa
Sungguh wajib di masa ini, sebab negeri diduduki Belanda
Jangan lagi berdiam diri, menyesal nanti dalam neraka
Jangan percaya orang alim, jika tak mau melawan Belanda
Meski mampu terbang bak burung, jangan abang mempercayainya

Jangan disitu anda warisi ibarat, orang alim yang sudah setan perdaya
Cari dalih dalam berniaga, ringggit ditabung satu dua
Ayat menganjurkan perang hirau tiada, hati gelap mata pun buta
Cari jalan dekat dengan kafir, ulama jahil setan perdaya
Itulah ilmu ia ketahui, suruh Rabbi dilupakannya

Dirinya enggan orang lain tak disarankan, tunggulah dipendam dalam neraka
Dikira dapat melepaskan diri, di hari nanti depan Rabbana
Semisal hadith Nabi kita, dengarlah teungku semua
Man katana 'ilman al-janahu'llahu ta'ala bilujamin mina'naari
Barangsiapa menyembunyikan ilmu Allah, disumpal ke mulut api neraka

Itulah hadith Rasulullah, disampaikan kepada ummat semua
Yang percaya mendapat tuah, yang mengubah mendapat hina
Agama kurang perniagaan punah, menyata sudah akhir dunia
Para ulama hanya memikirkan menerima upah dan pusaka
Berdiam di kampung dalam keseronokan, suruhan Tuhan disepikan saja

Dalih dicari berbagai cara, agar tak serta dalam perang Belanda
Jalan sabil semestinya, disambut lekas serta-merta
Jika tidak demikian, tunggulah dipanggang dalam neraka
Mendapat siksa yang amat pedih, yang tak mau memerangi Belanda
Sekalipun ia raja Quraisy, walau ahli-ahli Sayidil Anbia

Teungku kini telah dikecoh setan, memandang sepi perang Belanda
Merasa lebih tinggi dari Nabi yang memerangi musuh sepanjang masa
Kukatakan ini umpama, anak negeri tua-muda
Guru tercinta adik-abang, kita dan orang lain tiada beda
Jangan kecewa dengan perkataanku, banyak begitu yang ulama

Sebelah timur sampai Peusangan, tiada yang mengimani kalam Rabbana
Banyak ulama dikaruniai Tuhan, kitab Qur'an bagai air bah
Banyak jumlahnya sedikit yang menghayati, takut menghadapi kafir Belanda
Jarang-jarang yang beriman tangguh, hanya dialah lain tiada...

...Disuruh ibadat tak pernah alpa, memerangi kafir tiada reda
Ibadat utama hanya perang sabil, tiada yang lain padanannya
Firman tuhan Rabbul Jalil, hadith Nabi Sayidil Anbia
Jalan terbaik menghadap Rabbi, hanya perang sabil lain tiada
Begitu wasiat Sayidil Anbia, disuruh lawan kafir Belanda...

...Jangan lagi demikian wahai taulan, menjadikan rekan kafir Belanda
Kafir celaka harus dilawan, musuh Tuhan dengan Mustafa
La Ilaha Illallah, kembali kisah ujung ayat
Muhammad Rasullah, sungguh indah perang dibangkit
Tak ada yang sama suatu pun, dengan perang sabil wahai sahabat...

...Wahai saudara adik dan abang, dengan dagangan jangan lalai amat
Walau banyak gedung emas berpeti, sendirian kita di dalam kubur
Jika bukan mati di dalam perang, wahai abang sakit amat
Sembilan ribu bala yang datang, kesakitan nyawa dalam jasad
Satu persatu bala itu diberi, seribu kali ditetakan yang kuat

Dihantam pedang seribu kali, pikirkan akhi menderita sangat
Sembilan ribu yang seberat itu, datang ke situ menyiksa jasad
Adakah sakit lebih dari itu, hai budiman camkan sangat
Mati dalam perang Sabilillah, teungku bertuah senanglah sangat
Tamsil minum selagi haus, seolah begitu hanyut lezat...

...Bukalah semua hidayat, setiap tempat kafir diperangi
Kalahkan dengan cepat, dengan mukjijat Penghulu Nabi
Beserta doa segala sahabat, yang yakin amat dengan perang ini
Berkat doa segala Syaikh, semoga menyingkir kafir ini
Tamat hikayat hari selasa, waktu dluha naik matahari

Tarikh seribu tiga ratus, lagi dua puluh hijrah Nabi
Dua puluh tujuh bulan Muharram, hamba selesaikan o ya sayidi
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada sebaik-baik ciptaan-Nya
Muhammad dan para keluarga serta sahabat beliau sekalian
Ya Tuhan Rabbal 'Alamin.
Amin


Wallahu'alambishawab.
* * *
Dikutip dan dicuplik dari sumber : Sastra Perang - Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil, yang ditulis oleh Prof. DR. Ibrahim Alfian. MA, dan diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka.
* * *
si-Pandir, Jakarta, 25 Nopember 2005.
*******

Milis Eramuslim
Dikirim oleh: Rifky Pradana
Minggu, 27 Nopember 2005


Cetak Artikel
  Cetak Artikel